Sifat Fisik Dan Kimia Kacang Gude (Cajanus cajan) Dengan Perbedaan Perlakuan Suhu Dan Waktu

Main Article Content

Resti Kusumarini Samben

Abstract

ABSTRAK
Biji kacang gude kering memerlukan waktu perendaman selama 18 jam dan diolah dengan cara perebusan 3 jam lebih lama dibandingkan dengan kacang kedelai sebelum diolah menjadi tempe. Kacang gude sebagai pangan lokal yang diketahui memiliki kandungan gizi yang baik perlu mendapat perhatian lebih dalam proses pengembangan teknologi sehingga pemanfaatannya semakin luas dan dapat menjadi komoditi unggulan. Pengolahan kacang gude yang tepat dapat meningkatkan ketersediaan bio nutrisi dan pada saat yang sama menghancurkan beberapa senyawa yang menghambat penyerapan zat gizi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis warna, kadar air dan kadar air dari tanaman kacang gude yang dikukus dengan berbagai perbedaan suhu dan lama pengukusan. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor: : Faktor 1 (S1, S2, S3) : perlakuan suhu pengukusan 1100C , 1150C, 1200C, Faktor 2 (W1, W2, W3) : perlakuan waktu 10 menit, 20 menit, 30 menit. dengan 3 kali ulangan. Hasil pengamatan akan dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dilanjutkan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan perlakuan suhu dan waktu pengukusan dengan metode ektruksi tidak berpengaruh nyata terhadap analisis fisik dan kimia. Produk kacang gude yang baik menurut parameter fisik adalah dengan perlakuan pengukusan dengan suhu 1200C selama 10 menit tingkat kecerahan L+ (23,75), tingkat kemerahan a* (-3,96), tingkat kekuningan b* (1,35) dengan kadar air 58,88%.
Kata kunci: kacang gude, pengukusan, suhu, waktu.
ABSTRACT
Dry pigeon pea require soaking time for 18 hours and are processed by boiling 3 hours longer than soybeans before being processed into tempeh. Pigeon pea as a local food that is known to have good nutritional content need to get more attention in the process of developing technology so that its utilization is more widespread and can become a superior commodity. Proper processing of pigeon pea can increase the availability of bio-nutrients and at the same time destroy several compounds that inhibit the absorption of nutrients. The aim of this study was to analyze the color, water content and water content of steamed pigeon pea plants with different temperature and steaming duration differences. This research method uses a completely randomized design (CRD) with 2 factors:: Factor 1 (S1, S2, S3): steaming temperature treatment 1100C, 1150C, 1200C, Factor 2 (W1, W2, W3): treatment time 10 minutes, 20 minutes, 30 minutes. with 3 replications. The observations will be analyzed by analysis of variance (ANOVA) followed by a 5% LSD test. The results showed differences in temperature treatment and steaming time with the extraction method had no significant effect on physical and chemical analysis. Good pigeon pea products according to physical parameters is by steaming treatment with a temperature of 1200C for 10 minutes the level of brightness L + (23.75), the redness level a * (-3.96), yellowish level b * (1.35) with water content 58.88%.
Keywords: Pigeon pea, steaming, temperature, time.

Article Details

How to Cite
Samben, R. K. (2020). Sifat Fisik Dan Kimia Kacang Gude (Cajanus cajan) Dengan Perbedaan Perlakuan Suhu Dan Waktu. Jurnal Media Sains, 4(1). https://doi.org/10.36002/jms.v4i1.1128
Section
Articles

References

Arda, G., Pudja, R. (2013). Thermodinamika dan Pindah Panas dalam Panduan Praktikum Pengetahuan Bahan Pangan dan Teknik Pertanian. Universitas Udayana. Bali

Augustyn, G. (2017). Analisa Kandungan Gizi Tepung Kacang Gude Hitam (Cajanus Cajan) dengan Beberapa Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Tekonologi Pertanian, Volume 6, Nomor 1. Hal 27-32

Dinar, L. (2012). Pendugaan Kelas Mutu Berdasarkan Analisa Warna Dan Bentuk Biji Pala (Myristica fragrans houtt) Menggunakan Teknologi Pengolahan Citra Dan Jaringan Saraf Tiruan. Jurnal Keteknikan Pertanian, Volume 26, No.1. Hal 54

Hall, C. (2010). Phenolic Compound. Diakses dari http://beaninstitute.com/beans-101/health-promoting-bioactives/. 15 .

Maintang. (2014). Potensi Kacang Gude sebagai Komponen Diversifikasi Pangan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar

Nilasari, O. (2017). Pengaruh Suhu dan Lama Pemasakan terhadap Karakteristik Lempok Labu Kuning (Waluh). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.3:15-26

Pangastuti, H. (2012). Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) dengan Beberapa Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Teknosains Pangan, Vol 2 No 1. Hal. 20-29

Saxena, K., Kumar, R., Sultana. (2010). Quality nutrition through pigeonpea-a review. International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics, Patancheru, India, Vol.2, No.11, hh. 1336-1337

Sulthoniyah, S. (2013). Pengaruh Suku Pengukusan Terhadap Kandungan Gizi dan Organoleptik Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). THPi Student Journal, Vol. I No. 1 pp 33-45

Ulasaswini, A. (2015). Pengembangan Pangan Lokal Kacang Gude (Cajanus Cajan) sebagai Alternatif PMT-AS dengan Sumber Protein dan Zat Besi dalam Pembuatan Kue Tradisionak Baruasa di Kab. Jeneponto. Tesis. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ambarsari, I., Sarjana, dan A. Choliq. (2009). Rekomendasi Penetapan Standar Mutu Tepung Ubi Jalar. Jurnal Standardisasi Vol. 11 No. 3 Tahun 2009: 212-219.